Era Digital: Ketika Skills Lebih Utama daripada Gelar Sarjana

Era Digital: Ketika Skills Lebih Utama daripada Gelar Sarjana

Ketika para sarjana berebut pekerjaan bergaji UMR, seorang anak lulusan SMA mendapatkan setara gaji UMR hanya dengan bekerja beberapa jam dari rumah.

Ya itu adalah gambaran fenomena yang terjadi sekarang. Selamat datang di era digital. Era millennial. Era yang menggerus banyak usaha era orang tua kita dan membangunkan mereka dari kenyamanan hidup di istana bisnisnya.

Maka ada benarnya kata Dedy Corbuzier, ijazah jaman sekarang itu sudah nggak penting. Kecuali kamu ingin menjadi dokter, apoteker, notaris dan profesi sejenis yang membutuhkan ijazah dan sertifikasi dari pendidikan formal. 

Atau mungkin perlu untuk melengkapi titel di undangan pernikahan biar kelihatan keren dan berpendidikan. Nyatanya ada lho yang udah berumur dibela-belain kuliah demi titel di undangan nikah. Hehe..

Lalu apa yang dibutuhkan di era digital ini? 

Elon Musk bilang, “Skills matter more than degrees!” Ya skill itu lebih penting daripada gelar sarjana. Buktinya kuli panggul yang tidak mengeyam bangku kuliah pun tapi punya skill membuat games android bisa menghasilkan ribuan dollar.

Sebenarnya apapun skill yang kamu punya bisa dijual di era digital. Skill membuat produk, menjual, menulis, memotret, mendesain, membuat video, memasak, sampai ibaratnya ngosek WC pun bisa di-monetize wkwk.

Bahkan biar kamu nggak kelihatan golongan lika liku laki-laki nggak laku-laku atau bagian dari klub miskin kasih sayang, kamu bisa minta ucapan ultah dari cewek di Rusia sana dengan video atau tulisan yang menyebut nama kamu, itu ada jasanya lho. Cukup bayar $5 di Fiverr. Wkwk.

Awal bulan lalu saya berkesempatan hadir di event TechinAsia yang dihadiri ribuan anak muda penggiat Startup. Pelajaran apa yang bisa saya petik dari event itu? Muda, energik, passion, fluent in english, good public speaking and rich of skills

Saya yang udah beranjak tua ini menjadi seperti orang bodoh yang nggak ngerti apa-apa. Bukan stay foolish, tapi emang foolish beneran. Foolish tapi maunya fulus wkwk. 

Skill yang perlu dikembangkan antara lain skill membuat produk, menjual, mengembangkan bisnis, menghandle tim, berbicara di depan umum, membangun network, dan skill lain yang dibutuhkan di dunia nyata tapi tidak diajarkan di sekolah. 

Jangan sampai keberadaan internet hanya mempertajam skill nyinyir dan skill julidmu aja. Wkwk.

Jadi gimana biar punya skills? 

Menurut saya, perlu kenali passion, pilih skill yang mau kamu dalami sesuai passionmu, lalu fokus di situ. Belajar, belajar, belajar!

Dulu orang nggak punya skill karena kurang informasi. Nah sekarang? Sekarang kita overload, kebanjiran informasi. 

Kita bisa belajar dari website, ebook, channel YouTube, podcast dan sebagainya. Mau pilih yang gratis maupun yang berbayar udah sangat melimpah. 

Kalau skillnya udah ada, platformnya ada, kan tinggal kamunya aja yang mau kerja, kerja dan kerja atau enggak ya kan kata Mr. Presiden. 

Mengakhiri tulisan kali ini, saya ingin mengutip pernyataan Dan Lok. “Lack of money itu nggak ada, yang ada itu lack of skills.” Jadi kalau kamu nggak punya uang, mungkin kamu nggak punya skill.

Mas bukannya sejak lahir setiap manusia udah dibekali dua skill? Itu sikil bocah! ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *