Membuat Hidup Lebih Berdaya secara Finansial

Membuat Hidup Lebih Berdaya secara Finansial

Seberapa Penting Menjadi Kaya?

Bagi sebagian orang bicara kekayaan mungkin masih menjadi sesuatu yang tabu. Nyatanya hampir semua impian/tujuan hidup kita, membutuhkan uang.

  • Mau makan butuh uang.
  • Mau beli baju perlu uang.
  • Mau punya rumah pake uang.
  • Apalagi mau liburan, makan di resto kekinian, beli HP dsb.

Orang bilang yg penting kaya hati (spiritual). Faktanya banyak aktivitas spiritual yg perlu uang. Minimal beli sarung, baju sholat atau mukena. Lebih lagi bayar zakat, sedekah, umroh, haji dsb.

Orang bilang banyak orang kaya nggak bahagia. Faktanya, lebih banyak orang miskin yg nggak bahagia. Menurut penelitian PWC 2019, 67% karyawan stress dengan kondisi keuangannya.

So, mulai sekarang jangan tabu lagi bicara soal kekayaan. Makin kamu anti dengan kekayaan, makin susah menjadi kaya.

Oke. Kalau pikiranmu udah open minded tentang kekayaan, mari kita lanjutkan.

Rumus Menjadi Kaya

Untuk menjadi kaya, itu cuma perlu mengikuti rumus atau persamaan akuntansi berikut ini.

KEKAYAAN = ASET - HUTANG 

Jadi untuk menjadi kaya kuncinya adalah perbanyak Aset dan perkecil Hutang. Titik! Simpel kan?

Kebiasaan ngutang hanya akan memperparah kondisi keuanganmu. 

Nah, sekarang kita perlu cari tahu darimana Aset itu bisa tumbuh?

Sebelum kita cari tahu darimana Aset itu tumbuh, kita perlu tahu darimana uang datang kepada kita. Uang datang ke kita itu berasal dari kerja atau bisnis. Setuju kan?

Kerja/bisnis itu menghasilkan uang. Pertanyaannya, uangnya buat apa? 

Oke, misal uangnya dialokasikan spt ini:

  • 50% buat kebutuhan hidup (makan/minum, sabun, baju, listrik, air, internet dsb).
  • 20% buat angsuran rumah/mobil/motor
  • 10% buat liburan/rekreasi
  • 10% buat sosial (zakat/sedekah/dsb)
  • 10% untuk tabungan.

Aset yang Memberdayakan

Dari pembagian di atas, manakah yg akan menjadi Aset?

Biar jelas sebelumnya, kita akan bagi Aset menjadi tiga jenis. Aset Lancar, Aset Guna dan Aset Investasi.

ASET LANCAR, aset yang likuid/mudah diuangkan, contoh:

  • Uang tunai
  • Tabungan
  • Saldo OVO/Gopay
  • Emas/perhiasan 
  • Dan apapun yang likuid/mudah diuangkan.

ASET GUNA, aset yang kita gunakan, contoh:

  • Rumah yang ditinggali
  • Mobil/motor yang digunakan sehari-hari
  • Dsb.

ASET INVESTASI, aset yang diharapkan akan menghasilkan uang lagi di masa datang, contoh:

  • Kos-kosan/rumah yang dikontrakan
  • Mobil yang disewakan
  • Warung, restoran, minimarket
  • Sapi ternak/kolam lele
  • Toko online yang aktif jualan
  • Website/aplikasi yang di-monetize
  • Bagian kepemilikan perusahaan/saham
  • Dsb.

Jadi dari pembagian/alokasi penggunaan uang di atas yang akan menjadi Aset hanya yang 20% untuk bayar angsuran rumah/mobil (ASET GUNA) dan yang 10% untuk tabungan (ASET LANCAR).

Tidak ada alokasi hasil kerja/bisnis untuk ASET INVESTASI. Padahal, faktanya yang akan membuatmu berdaya secara finansial adalah ASET INVESTASI.

ASET GUNA (rumah mewah/mobil bagus), hanya akan membuatmu menjadi tampak kaya. Iya benar rumahmu mewah dan mobilmu bagus. Memang itu menambah Aset, tapi nilai Aset ini belum utuh sebelum angsurannya lunas. Apalagi apa iya rumah yang kamu tinggali akan dijual nanti? Terus mobil yg dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari apa yakin mau dijual padahal anak/istri perlu?

ASET LANCAR (tabungan), tabungan dalam bentuk uang tunai kalau disimpan di rumah rawan rusak fisiknya/hilang, kalau disimpan di bank juga terkena inflasi (daya belinya turun di masa depan). Tapi kita selama ini diajarkan yang penting bisa nabung aja dulu. Belum mikir aset yang berikutnya ini, iya kan?

ASET INVESTASI, nah ini dia Aset yang akan membuatmu menjadi kaya bukan sekedar tampak kaya. Makin banyak porsi penghasilan yang dialokasikan ke ASET INVESTASI dibandingkan ASET GUNA dan ASET LANCAR, makin berdaya kondisi finansialmu di masa depan.

Ingat, kunci bagaimana uang masuk adalah bagaimana kamu mengeluarkan uang itu. Jadi, sekarang pikirkan lagi, hasil kerjamu atau hasil bisnismu sudahkah dialokasikan ke ASET INVESTASI atau belum? 

Gampang kan? Gampang teorinya, prakteknya butuh kedisiplinan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *